Minggu, Februari 22, 2009
5
Lihat “Melati Untuk Marvel” terus dilanjutkan “Cinta Fitri”. Itu hal yang sangat aneh buatku. Tetapi ada kesan yang aneh di situ. Ada pelajaran dan banyak pertanyaan yang timbul dari itu. Yeah, memang hal teraneh sepanjang masa. Maksimal acara cengeng yang kutonton paling-paling “Termehek-mehek”, atau “Tolong”, tapi ini?!

Yup! Karena di Jember semua pada suka sinetron, acaranya yang jadi favorit ya dua judul itu. Walau gak suka ya tetap saja buat kumpul-kumpul bareng keluarganya.

Kembali ke kasus. Yang mau aku omongin ini soal olah sinetron sesaat pada saat mau masuk ke durasi iklan. Oke. Pada zaman dahulu kala, waktu persinetronan belum ramai. Format pergantian sinetron dengan iklan seperti ini. Awal setelah iklan berjalan datar. Di pertengahan mulai terjadi kalau tidak perlahan ke klimaks ya menurun ke antiklimaks. Nah dulu yang sering membuat kita jengkel tiba-tiba datang iklan padahal jelas-jelas persoalan masih ngambang. Akhirnya kita seperti 'dipaksa' menunggu, akhirnya juga kita kudu melihat iklan yang lewat. Karena 'ancaman', “Awas loh, tidak ada tanda mau mulai sinetron lagi dan kamu juga tidak tahu kan berapa durasi iklan yang kami atur? Hati-hati, ketinggalan ceritanya penasaranmu gak bakal hilang! hehehe (pakai nyengir segala tuh tukang tipinya)”.

Bedanya dengan yang sekarang. Waktu mau masuk iklan, pemirsa malah disuguhi secara singkat sekuel yang nanti akan tayang setelah iklan. Bedanya lagi, sekarang ditambahkan suara pula seperti, “Yang akan hadir sesaat lagi”, atau, “Simaklah sesaat lagi” mulai banyak diterapkan seolah tak cukup dengan mata, telingapun jadi targetnya.

Jadi apa yang mereka kejar? Yup! Mereka ingin pemirsa tetap fokus ke tiap sudut yang mereka tampilkan. Secara orang awam, agar kita gak sampai ganti channel. Tapi kalau dikaji lebih dalam lagi, secara implisit mereka juga ingin kita melihat iklannya. Memang beresiko juga sih, sekuel yang mereka tampilkan bisa menghilangkan rasa penasaran pemirsa. Tapi ini lagi-lagi bisa ditangkis dengan pengemasan sekuel yang lebih baik tanpa menghilangkan rasa penasaran tersebut. Hebat gak tuh?!

Mulai mengerucut ya. Ada pelajaran yang bisa kita dapat. Lepas dari tayangan iklannya. Dari sisi kecermatan orang tipi tersebut kalau kita bisa jeli. Bukankah itu mirip prinsip Read More? apakah anda sudah mulai bisa nyambung dengan saya? Itu mirip Read More. Ya prinsipnya. Ya cara pemotongan sekuelnya. Macam-macam wis!

5 comments:

  1. Sudahhhhh kubilang aku ga suka sinetron, olah raga tinju walaupun cuma nonton atau jadi atlitnya....huaaaaaaaaaaaaaaa

    BalasHapus
  2. @2 yang akan komen
    ini masih posting kelahiran Jember bisa dikatakan sambungan dari 'Trouble di Saat Genting'ku..baca saja yah, itu jawaban bagi yang nanti mo tanya 'ke Jember ngapain?' oke?
    hehe

    Ma, bobo yuk
    *Ngajak Yumaima mode on*

    BalasHapus
  3. Sinetron bikin rusak bangsa yah ~x(

    BalasHapus
  4. wew.. saya sih kurang suka mas.. nonton begituan he..he.. klo reality show masih suka deh.. tu juga jarang2 he..he..

    BalasHapus

Alhamdulillah jadi juga satu artikel lagi. Buat yang penasaran pengen komeng. Jangan ke sini. Tapi kalau penasaran pengen komen, yuk mari...

 
//add jQuery library