Jumat, Juli 31, 2009
7
Mestinya dari tadi emang enak sepi. Suer, sepinya sama dengan waktu subuh tadi. Sama terdengar detak jam. Bedanya, suara decit burung gereja sering mampir. Cuma yang bikin sebel satu suara ini.
"Assalaamualaikum. Bu, nyuwun Bu."
Halah. Kalau suaranya memelas. Ditambah kondisi yang patut dikasihani sih masih mending.

Ini yang aku dengar sepertinya aku kenal. Kalau teman pengen tahu. Nadanya keren. Dia tahu dia pengemis. Jadi dia posisikan dirinya begitu. Seakan dia berkata "Ini loh, aku ini seorang pengemis. Mestinya bapak ibu tahu donk. Mesti diberi sedekah. Jangan dicuekin".

"Bu, nyuwun." Suaranya kembali terdengar lebih keras dari yang tadi. Padahal itu bukan dari depan rumahku. Paling tidak masih tertutup dua rumah lagi. Dan suara itu terus berulang. Makin jelas saja.

Kalau aku lihat. Sebetulnya dari perawakannya. Dia masih kuat jadi pekerja. Pembantu mungkin. Atau tukang cuci rumahan. Masih mending daripada meminta-minta. Dengan setelan yang memang cocok dengan penampilan pengemis. Baju lusuh, sobek-sobek. Dan seperti jarang mandi. Bagi penilaianku, dia masih lebih terhormat bekerja seperti yang aku ucapkan tadi. Tidak apa-apa kalau dia memilih itu sebagai jalan hidupnya. Tapi ya jangan ke aku mintanya. Aku lebih ikhlas memberi ke yang memang pantas untuk diberi. Yang orang sudah tua. Atau lainnya. Pokoknya yang tak memungkinkan tuk muncul penilaian seperti tadi.

Ibuku, sepulang dari mengajar. Naik angkot, searah dengan 'Yang berpenampilan sebagai pengemis'. Mungkin beda kasus dengan yang kuomongkan sekarang. Tapi cukup mempengaruhi pola pikirku. Mereka, dari yang ibuku dengar, sedang mengeluh. "Payah, di sini cuma sedikit yang kudapat. Lebih banyak di daerah kamu sekarang". Yang satunya menimpali, "Apaan, biasanya seratus lebih aku dapat. Ini cuma enam puluh. Padahal sudah kusinggahi satu-satu rumah di desa itu". Hah? Enam puluh ribu masih kurang?!

Haha, sekelumit cerita saja. Ibu cuma bisa menggeleng. Segede itu dikalkulasi sudah lebih dari pendapatan seorang guru saat itu. Segitu masih ngeluh?! Astagfirullah.

Suara itu masih sempat berulang sebentar. Sesudahnya terdengar langkah kaki di depan jendela kamarku. Aku tak menolehnya. Sudah malas. Di rumah di sampingku. Suaranya kembali terdengar. Lalu hilang. Sepi, yang kuharap tadi muncul lagi.

7 comments:

  1. Semua jawabnya mungkin ada disini Bro....

    Wahai kawan bijak bestari
    Dengar tuturku tentang diri
    Bukan maksud n`tuk mengadili
    Sekedar melihat potret negeri

    Di satu titik jalan Fatmawati
    Rutin kulihat setiap pagi
    Seorang pria legam berdiri
    Membungkuk badan mencari-cari

    Dengan hiba wajah memelas
    Baju kusam membungkus badan
    Satu dua pengendara berwelas
    N`tuk sekadar beri recehan

    Jalanan sepi pria menepi
    Rokok dibakar asap mengepul
    Dari kantongnya sesuatu berbunyi
    Telepon cellular ternyata menyembul

    Halo – halo teriak sang pria
    Jawab sapaan di seberang sana
    Dari wajahnya dapat diduga
    Mungkin kekasih yang menelponnya

    Penggemis hanya satu sisi
    Yang mempertontonkan potret diri
    Bukankah semua sama seperti
    Bermuka dua dan basa-basi

    Ada birokrat berlaku ningrat
    Ada pemimpin berlupa diri
    Ada pejabat berperangai bejat
    Ada politisi suka ngibuli

    Masih banyak sama seperti
    Lihatlah jauh ke lubuk hati
    Tak kanlah susah mencari-cari
    Diri sendiri bisalah jadi

    Akh...
    Lengkap sudah …
    Sebuah potret diri
    Tentang lelaku anak negeri

    Semua sempurna tak ada caci
    Kepalsuan dikasihani
    Kebohongan dipuja puji
    Kepura-puraan dipertuhani

    BalasHapus
  2. Mas nyuwun mas...., kalau dengarnya malam-malam, pas lagi sendirian, tapi suaranya renyah, mesra mendayu-dayu (yakin suara cewe cantik), gimana vin....?

    BalasHapus
  3. asli langsung ta 'kasih' asal benar-benar uwong loh mba newsoul, hehe ngomong-ngomong ngasih apa ya?

    BalasHapus
  4. Iya nh skarang mulai banyak pengemis yg masih seger badan na.. Pd males krja kaya na he..he..

    BalasHapus
  5. parah bangeet tuh....
    gw juga suka sebel ma pengemis yang badannya masih sehat gitu..trus suka maksa....

    payah.......

    udah dikasih rezeki ma Allah...masih aja ngeluh..padahal mereka cuma minta2 doank....

    moga mereka terbuka hatinya utk bekerja lebih baik....tangan diatas..bukan selalu dibawah

    BalasHapus
  6. Iya yg seperti itu sepertinya sudah banyak yah di negeri kita ini. Jadi memprihatinkan

    BalasHapus
  7. Menjadi pengemis itu juga terpaksa lho mas
    kalo dia boleh memilih
    dia juga ingin jadi blogger kaya kita
    bisa pegang komputer
    tapi nasib yang membawa mereka berada dalam ketidak beruntungan dan kemalasan yang terus menerus

    BalasHapus

Alhamdulillah jadi juga satu artikel lagi. Buat yang penasaran pengen komeng. Jangan ke sini. Tapi kalau penasaran pengen komen, yuk mari...

 
//add jQuery library