Sabtu, Maret 28, 2009
8
Dari semenjak bangun sampai tadi, yang aku lihat dan dengar ya tragedi itu. Tragedi yang sampai sekarang telah menelan hampir 70 korban tewas, sekitar 50 lagi belum ditemukan. Terus lebih dari seratus yang luka-luka. Mereka korban tragedi Situ Gintung. Walahh... satu lagi kejadian mengerikan setelah Tsunami di Aceh, juga gempa di Jogja. Seolah DIA ingin mengingatkan, “Ini loh, tanahku yang dirambah tidak dirawat lagi olehmu, mereka bisa marah, tahu enggak sih?!”

Berawal dari tidak adanya perawatan yang memadai untuk situ itu. Akhirnya yang dikhawatirkan terjadi juga. Bendungan sebesar itu, dinding penahannya jebol. Air seperti ditumpahkan dari gelasnya, menerjang apapun yang dilalui. Sobat semua pada lihat di TV, bukan? Ada mobil sampai penyok, hancur bahkan sampai ada yang nyangsang, nyangkut. Mobil saja seperti itu. Nah, bagaimana bila terjadi ke manusia? Subhanallah, mending jangan dibayangkan deh.

Ada yang menarik. Permasalahan yang ada mulai mengambang ke permukaan. Ada yang bilang, sudah 3 tahun dilakukan pengajuan perawatan situ dari daerah ke pemerintah pusat. Tangerang kan kawasan ibukota, yang notabene 'dekat'. Itu saja tidak ditanggapi. Jadi, mohon maaf saja ya, buat yang wilayahnya 'cukup' jauh. Bapak-bapak yang disana lagi terlalu sibuk.

Tetapi, ada juga yang mulai sensitif. Mereka, petinggi-petinggi di negeri tercinta kesenggol begitu ada info seperti laporan yang tidak ditanggapi atau apa saja yang lainnya. Bukannya segera melakukan tindak lanjut namun balik menyalahkan pemda. Ibarat kata seperti ini, “Bukannya tidak segera ditanggapi, Mas. Nah, salah situ sendiri. Area buat konservasi malah dijadikan daerah wisata. Ya kayak gitu jadinya.

Seperti untuk beberapa hari ke depan, situasinya akan lebih ironis lagi. Sekarang kan lagi ramai kampanye damai. Paling-paling, tidak tertutup kemungkinan. Tragedi seperti itu malah dijadikan sarana politik. Memang sih, masih skala kemungkinan. Namun ada yang berani jamin tidak kalau di antara penyumbang ada yang nyumbang atas nama partai? Berani? Aku berani!

8 comments:

  1. seharusnya sudah diperbaiki sejak dulu ya..selalu aja terlambat. udah ada korban baru grasa grusu sibuknya. lalu mereka mulai saling menyalahkan.

    BalasHapus
  2. turut berduka cita sobat......
    ntah siapa yg salah....
    dan bukan salah bunda mengandung....
    hihihi... nyambung ga ya???

    BalasHapus
  3. Turut berduka cita buat para korban, Semoga yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan
    kajapa.blogspot.com

    BalasHapus
  4. tragedi yang didramatisir oleh politikus

    padahal seharusnya berbuat lebih baik untuk menyelamatkan manusia yang telah jadi korban

    oia...
    situ gintung protes atas keserakahan manusia memanfaatkan alam disekitarnya

    berilah banyak ruang untuk situ gintung dan lainnya, agar tidak terjadi longsor atao bencana lain.
    berilah ruang untuk pohon disekitar situ atau lahan lain, agar bumi tidak "protes" sama manusia yang telah mengeksploitasi alam tidak terkendali dan tidak seimbang.

    BalasHapus
  5. Yah,semoga tragedi itu tidak lantas dijadikan tempat show up para politikus... Semoga kita mengambil pelajaran dr situ,alam sudah mulai 'protes' tuh kayaknya

    BalasHapus
  6. problem consciousness yang memprihatinkan :(

    dari dulu selalu gitu, udah terjadi baru sibuk.

    BalasHapus
  7. iya mas.. lagi rame tuh mas.. tapi kayanya masih sepi aja nih, belom ada yg make sebagai alat kampanye.. ;))

    BalasHapus
  8. Yaw...Kut brduka cita tas tragedi tu...
    Trus...rumah'e k' seto kena juga pula!!! yang ajaib, masjid kecil tu see kokoh loe...

    BalasHapus

Alhamdulillah jadi juga satu artikel lagi. Buat yang penasaran pengen komeng. Jangan ke sini. Tapi kalau penasaran pengen komen, yuk mari...

 
//add jQuery library