Selasa, Maret 03, 2009
7
David Hartanto Widjaja, alumni SMAK 1 Penabur, salah satu anggota Tim Olimpiade Matematika Internasional 2005, tewas bunuh diri setelah diduga menusuk dosen pembimbing untuk tugas akhir yang ditempuhnya di Nanyang Technological University (NTU). Itulah berita yang muncul pas aku awali istirahat dengan menonton TV.

Suatu kejadian yang menggemparkan dunia pendidikan kita. Satu yang kembali menurunkan citra negeri yang telah terpuruk. Apa kita harus malu? Belum jelas skenario yang terjadi, namun ada dugaan yang kuat kalau David mengalami stres berat karena tugas akhirnya.

Jika benar demikian, apa hikmah yang bisa kita ambil? Mahasiswa kita bisa jadi lebih mudah lulus karena sekarang kita jadi mahasiswa yang ditakuti. Tidak bisa seperti itu lah. Hikmah yang ada adalah muncul satu pertanyaan, bagaimanakah pengajaran kecerdasan mental spiritual kita? Adanya kesenjangan yang cukup tinggi dari kecerdasan fisik dan mental spiritual menyebabkan hal seperti itu mudah terjadi.

Sekuleritas atau pemisahan sangat jelas. Di sekolah-sekolah umum kita, hanya pendidikan umum saja yang digembar-gemborkan. Senada dengan sekolah islami, seperti madrasah, yang lebih menonjolkan pendidikan mental spiritualnya.

Yang muncul adalah pemahaman awam. Sekolah umum sedikit diajari pendidikan rohani. Jadi karenanya mereka jadi memiliki pemikiran yang dangkal akan ilmu tersebut. Akhirnya dalam pencarian jati diri, mereka tidak mampu secara psikis menghadapi masalah mental yang pasti ada. Stres sedikit saja langsung nusuk profesor. Hehe itu kalau benar lho. Mudah-mudahkan hasil investigasinya nanti tidak seperti itu. Begitu juga yang terlalu banyak memunculkan pendidikan psikis dengan sedikit materi umum. Yang ada adalah kepasrahan tanpa ada usaha.

Keseimbangan! Itu yang harusnya dilakukan. Tidak melulu belajar kimia. Pelajaran psikologi juga harus ada. Kira-kira, bisa tidak ya, akan muncul layanan pendidikan 'gabungan' antara sekolah umum dan madrasah. Perkembangan yang aku lihat sepertinya masih dalam taraf percobaan. Tapi itu lebih baik daripada tidak ada upaya sama sekali.

Aku tidak menyalahkan David . Aku juga tidak akan malu! Ke depan, mudah-mudahan kejadian seperti ini bisa berkurang atau malah hilang sama sekali. Kita doakan saja semoga mutu pendidikan kita menjadi lebih maju secara fisik, mental dan spiritual yang seimbang. Marilah bersama-sama ucapkan kalimat semangat berikut ini.

AYO! MAJULAH TERUS DUNIA PENDIDIKANKU!

7 comments:

  1. dulu sempat mimpi indah bisa masuk NTU, nasib berkata lain... semoga mahasiswa yang sedang belajar di sana bisa mengambil hikmah atas kejadian tersebut

    BalasHapus
  2. mungkin kecerdasan intelektual tidak barengi kecerdasan emosional...

    BalasHapus
  3. @sibaho
    mestinya ikut PINTU (Pelajar Indonesia NTU) malah masuk lewat pintu tok, hehehe

    @cebong ipiet
    seperti biasa, koreksi ya mba, terimakasih

    BalasHapus
  4. semua manusia bisa kalap juga...

    BalasHapus
  5. Eeem..
    Kita gak pernah tau apa yg difikirkan anak itu..
    Mungkin ada mslh lain yg mendasarinya..
    Kalo cuman untuk mslh tugas, kok sepele banget ya alasannya..
    Tp untuk dunia pendidikan, emang harus seimbang..
    Kalo gak seimbang, ya kaya' gue nich hasilnya..
    Hehehehe

    BalasHapus
  6. manusia tidak ada yang sempurna....

    BalasHapus
  7. Hmmm.. bener juga katanya mbak cebong ipiet, kecerdasan intelektual ga dibarengi kecerdasan emosional..

    BalasHapus

Alhamdulillah jadi juga satu artikel lagi. Buat yang penasaran pengen komeng. Jangan ke sini. Tapi kalau penasaran pengen komen, yuk mari...

 
//add jQuery library