Pagi di Kost-kostan

Hehe pas datang di wartel kost, perpanjangan rumahku yang difungsikan buat kost putri. Iseng aku goda anak kost yang baru pulang beli sarapan. Aku kagetin saja. Hah! Hehe dianya ngelus dada hmm..., kaget. Aku cuma nyengir. Cuma gurau ringan tuk sedikit mengurangi batas canggung anak dengan pemilik kost. Kebayang gak betapa sulitnya ngurus anak kost?

Haha... paling-paling uteknya pada terlintas yang seperti biasa. Enak donk bisa lihat paha. Hehe sekalian cari pendamping ya? Walah, yang pertama sih emang jadi makananku tiap hari, yang paha mulus, yang ketinya kelihatan. Hmm... enak kan? Apalagi kalau pas lihat yang lagi nyuci. Pake tanktop. Celpen jauh di atas lutut. Plus keringat yang muncul. Mbekas semua deh lekuk itu. Tapi biasa aja tuh.

Kalau saja teman semua ingin tahu. Ngurus putri kost itu gampang-gampang susah. Enaknya ya, tiap pagi mereka tanpa diminta, nyapu. Atau lebih taat aturan. Seperti hemat air. Hemat listrik. Lebih gampang, cukup ditegur sekali mereka gak ulangi kesalahan yang sama lagi.

Ada yang unik. Ada semacam introgasi untuk anak baru. Banyak pertanyaan yang secara detil diangkat. Yang tanya asal. Ortunya gimana, kost atas ijin ortu apa tidak. Yang diminta nomor telepon rumah untuk kroscek. Ada banyak lagi. Kalau itu masih umum. Ada lagi. Secara gak disengaja yang selama ini berjalan. Ada semacam bulan training. Lamanya berbeda untuk masing-masing anak. Menghindari kekhawatiran ngekost yang cuma buat nutupi alasan yang keluarga tidak boleh tahu. Seperti jadi Lonte, hamil di luar nikah, atau nginap di luar kota bareng pacar. Jika lolos bulan training baru mereka bisa benar-benar diterima.

Kost ini emang aneh. Bapak ibu kostnya tidak berniat cari uang. Sekedar untuk meramaikan rumah yang mulai ditinggal putra-putranya. Pernah kok. Ada anak sudah bayar kost. Ternyata dia bersikap tidak 'baik'. Tak menunggu satu bulan. Uang dibalikin ke anaknya. Mereka usir secara halus. Aku anak kedua. Tidak ingin keluar kota semata-mata tuk temani mereka. Calonku yang di Jember juga sudah mau diboyong ke sini. Kakakku sudah lama di Pontianak. Dua adikku di Semarang, kuliah. Rumah sebesar itu sepi kalau cuma bertiga. Makanya ibu bapakku buka kost. Aturan yang ketat dari beliau-beliau cuma untuk hindari masalah yang terjadi. Aku, bismillah.. jadi ujung tombak mereka.

Alhamdulillah sampai sekarang belum pernah ada persoalan pelik yang muncul di kost. Alhamdulillah semua terkendali.