Kisah Foto di Tembok Kamarku

Di kamarku terpasang satu foto. Letaknya di tembok sisi timur persis aku tempatkan hampir di tengah-tengah. Sebetulnya berjajar dengan jam dinding. Dan yang betul jika diukur. Jarak tepi tembok kiri dengan foto dan tepi tembok kanan dengan foto, sepintas sama. Mereka berada di tengah tembok.

Foto itu berfìgura sederhana. Cuma kayu yang bertempelkan bambu-bambu kecil dibentuk motif tertentu yang sederhana pula. Foto itu foto seorang gadis cantik. Duduk manis dengan dua tangan di atas paha, rapi berkebaya kerudung hijau muda. Tidak sengaja warnanya sama seperti warna Kawasaki Ninja, gambar besar Moto GP yang kutempel di sudut lain tembok kamarku. Duduknya dibuat menghadap condong sisi kanan dengan pandangan tegas tetap ke depan, arah foto. Cerminan ketegaran yang mungkin dia, gadis itu lakukan sampai sekarang. Itu foto pacarku.

Awalnya aku taruh dia di situ sebagai pelepas kangenku untuknya yang jauh di sana. Sebagai pengingatku kalau dia itu cantik. Cantik berkerudung dengan sedikit lipstik tipis digoreskan di bibirnya. Pandangan yang tajam tak peduli deras sapuan debu menoreh di kaca bening pelindung foto. Kaca itu berdebu. Tapi tatap mata itu mampu menyeruaknya. Benar-benar cerminan ketegaran yang berarti. Itu awalnya. Seiring waktu, dengan pintu kamar yang selalu terbuka dan foto itu persis menghadap pintu. Seluruh keluarga jadi tahu aku sudah punyai calon pendamping hidup.

Keluarga besarku juga hampir semua tahu dari ini. Sebabnya cuma gara-gara ada acara syukuran kelulusan D3 ku dan kakakku. Acaranya ada di ruang utama. Tapi untuk istirahat seksi sibuk persis di depan kamarku. Jadi ya jelas. Semuanya jadi tahu. Itu pacar ADVINTRO, maaf, bukan nama sebenarnya.

Seringnya mereka bilang, "mirip, semoga bisa sampai ke sana ya. Kapan?". Mbah malah lebih ekstrim, "Mumpung aku masih ada. Segera saja. Mbah kepingin liat pernikahanmu". Kalau ngucap suka nakut-nakutin. Ada perjanjian dengan ayahku yang mungkin itu jadi sebab penundaanku cepat bersatu.

Foto yang lancang berdiri itu sengaja kupasang. Kata orang itu mengusir malaikat-malaikat baik yang ingin masuk kamarku. Ntah itu benar, aku tak tahu. Dia cukup sabar ada di situ menemaniku. Berusaha mengingatkanku, "Aku loh, jilbab. Tidak malu berjajar denganku tanpa sholat lengkap itu?". Huh, ada-ada saja. Segala sholat diomongkannya, beda urusan! Walau begitu, dia, foto itu, sepertinya pandai menyelesaikan tugasnya.