Sabtu, November 07, 2009
2
Pengemis itu hampir mirip denganku. Matanya buta separo menurut cerita dia saat ngobrol denganku. Butanya gara-gara kesabet pedang sewaktu melewati jalan yang saat itu dia tak tahu ada tawuran. Preman suruhan salah satu kubu menyangka dia seterunya. "Langsung saja aku kena hunusan pedang darinya". Payah, sepertinya terlalu bangga. Tak apalah. Toh tak banyak berarti buatku. Ada satu saja. Temanku bertambah satu lagi.

Tak banyak orang mengira ihwal butanya bakal menjadi gunjingan. Sebagian cuek saja. Yang lain menganggapnya tak tahu malu. Ternyata dia berkoar pada setiap orang. Aku cuma bergumam, "Sepintar-pintarnya tupai meloncat dia akan terjatuh juga". Tak kupikir lebih dalam. Buat apa? Itu urusan orang. Urusanku sudah banyak. Hehe Sekarang aku sekitar ukuran depan dua mobil yang sedang parkir dari jalan masuk ke Mall besar di daerahku, Tegal. Sekali lagi, aku tahu dari obrolan orang lewat. Ini tempat mangkal terbaruku. Yang menuntun Mang Bees. Sebutan akrab khusus dariku untuk si buta separo.

Dia tahunya Bees itu Buta Sabetan, terlihat keren. Tapi tetap untukku, itu Buta Separo. Sebagai penghormatan, beliau menyebutku Batu, Bang Batu, katanya sih, sekeras batu semangatku. Ah, ada-ada saja. Paling-paling dia sudah dengar maksudku, terus dia balik membalas. Buta Wutuh, buta penuh. Haha kami menyikapinya dengan ringan saja. Toh emang begitu keadaan kami.

Bees menuntunku kemari karena yakin di sini lebih ramai. Dia tidak takut kusaingi karena dia percaya, Rejeki Alloh yang ngatur. Mau tempat seramai apa kalau Gusti gak ngasih ya gak bakal turun tuh receh. Cuma aku ditempatkan agak jauh dari lokasi inti. Menurutnya, Mall ini terlarang untuk kaumku. Kalo aku mengemis di depan pintu Mall, tidak bakal nutut kalau maen kucing-kucingan sama PAM Mall.

Wah, perhatian sekali rupanya. Aku turuti saja. Dia juga sempat menitipkanku kepada tukang becak di samping mangkalku kalau ada razia mendadak, tolong agar aku diangkut sebagai penumpangku. Hmm... kalau ini sudah keterlaluan. Ini lebih dari perhatian. Akan aku tanyakan, atau akan diam.

Mentari beranjak pergi. Mestinya Mall lebih ramai dari sebelumnya. Tapi aku mulai letih. Sepertinya bulan putih sudah mengintip mencoba ingatkan magrib selain azannya yang kudengar. Lagipula, Bees sudah menjemputku. Aku akhirnya diam. Mau tanya, tapi tanya apa? Masa aku curiga atas maksud baiknya?

2 comments:

  1. Kasihan juga ya si buta yang sedang digunjingkan ini vin. Sudah buta (entah buta nurani, atau sekedar buta separo) membuat keraguan orang pula atas niat baiknya !? Semoga ada hikmahnya teman yang aneh ini. Apa kabar ?

    BalasHapus
  2. kasian amat tuh butanya gra2 kena tawuran..

    BalasHapus

Alhamdulillah jadi juga satu artikel lagi. Buat yang penasaran pengen komeng. Jangan ke sini. Tapi kalau penasaran pengen komen, yuk mari...

 
//add jQuery library