Selasa, November 03, 2009
Belakangan aku ketahui rumahku itu kecil. Tempat tidur dan kamar mandi cukup lima langkah sedikit lebar. Tidak ada ruang untuk tamu apalagi ruang tidurnya. Temanku kalau mau main ya di bilik tidurku itu. Biasa... berfikir yang gak penting jadi caraku setiap kali ngemper ngemis (mengemis dengan duduk di emperan, red). Daripada ngelamun mikir keadaan hidup. Terlalu berat! Kadang dengan tidak dipikirkan malah hidup jadi lebih bermakna. Jangan banyak berharap bisa lepas. Berharap saja dapat beristirahat dari pikiran itu.

Kali ini tempatku di emper trotoar dekat perempatan. Agak panas di sini. Cuma berlindung pada bayang-bayang tempat pantau pak polisi. Aku di sebelah baratnya karena mentari masih sepenggalah naik. Biasa, tongkatku menemani.

Kainku lusuh. Tidak apa-apa, toh cocok untuk pengemis seperti kebanyakan kaumku. Ada sih kata bakul koran yang lalu lalang dengan suarannya di depanku yang kadang mampir menemaniku bilang, obrolan ringan, "Ada loh, Bang. Pengemis berdasi. Kerjaannya ya ngemis juga. Tapi beda dengan kita. Kalau kita ngemis memang benar-benar tak punya. Kalau mereka ngemis untuk menambah yang sudah mereka punya. Maruk, kan?". Hmm... Tukang koran emang lebih pintar dari aku. Aku kadang juga belajar dari mereka.

Bukannya dengan membaca yang mereka bawa loh. Gak mungkin! Aku belajar saat mereka menawarkan dagangannya. "KPK Polri! KPK Polri! Cicak lawan buaya, yang menang siapa, ada semuanya di sini!" ada lagi, "Ibu muda kehilangan bayi di Rumah Sakit. Aneh? Baca koran ini!". Terus yang lain malah nyentrik, "Gempa Padang rusak kota, kapan mampir ke kita ya? Silahkan beli koran ini! Ayo! Ayo!". Haha ngarep kok yang ngeri-ngeri. Kadang ada yang berbaik hati. Begitu ada berita menarik, mereka berbagi cerita denganku. Ahh aku cukup bahagia dengan keadaanku.

Walau sedih cuma bisa meminta. Mengais dari keibaan orang. Aku tetap yakin akan hidupku. Bapak polisi tak melarang aku ada di area mereka. Aku baru mereka 'usir' kalau ada kunjungan dari pimpinan. Itupun dengan baik-baik. Aku juga tahu diri lah. Jadwalku mangkal di sini tidak tiap hari. Cuma hari Jumat. Karena dekat dengan Masjid. Jadi sehabis sholat bisa langsung standbye.

Begitulah. Buta yang terhormat. Pengemis terhormat? Haha tidak juga. Aku senang dengan hidupku ini karena kata pak Ustadz, orang lebih banyak menerima rizqi-Nya dengan nikmati hidup yang sudah ada. Aku mau coba itu.

0 comments:

Posting Komentar

Alhamdulillah jadi juga satu artikel lagi. Buat yang penasaran pengen komeng. Jangan ke sini. Tapi kalau penasaran pengen komen, yuk mari...

 
//add jQuery library