Senin, November 09, 2009
4
Aku stanbye di sebuah lembaga daerah. Tepatnya di Badan Kepegawaian Daerah. Agak panas di sini. Rimbun daunan kurang membantu. Yang menemaniku sekarang pedagang amplop. Terus ada lagi pedagang contoh soal tes. Majalah soal juga ada. Posisiku di tempat setelah mereka. Pertimbanganku, kalau mereka, yang lain yang datang ke sini sudah belanja buku tes atau mungkin amplop, mereka akan melewatiku. Mungkin sekedar ingin didoakan oleh orang sepertiku. Mereka akan menyedekahiku dengan benar-benar ikhlas. Benar, hari ini pendaftaran CPNS terakhir. Mereka yang datang itu calon pesertanya.

Hari terakhir hari yang ramai. Hari yang sibuk di mana masing-masing orang lebih berebut waktu singkat itu. Kebanyakan jadi kurang teliti. Terdengar dari sebagian yang pulang dengan menggerutu. Mengeluh, sebagian lagi menjadi ladang rejekiku karena mereka meminta didoakan olehku semoga kekeliruan dan ketidak telitian mereka bukan menjadi sandungan demi mendapat secarik kertas peserta tes CPNS kali ini.

Seperti kalian ketahui. Aku Rio. Pengemis tua buta dengan seonggok masalah besar keluarga ningrat di lempitan kerut otakku (baca, "Paginya si Buta"). Tumbuh dari usiran predikat kehormatan. Menjadi satu-satunya yang lahir buta. Tak pernah melihat surya. Andai bisa, ingin coba kutatap sampai buta lagi. Aku Rio, termasuk orang terbuang. Ibu susuhku yang mengajarkanku supaya aku beda dengan yang lain. Padahal aku sudah berbeda, bukan? Aku buta. Apa sih yang dia harapkan dariku? Sudah, malah curhat. Yang penting di sini aku orang yang menderita. Orang bisa memohon padaku untuk meminta-Nya mengabulkan permohonannya.

Aku benar, tidak? Menyandarkan pada, "Doa orang teraniaya lebih bisa didengar-Nya". Sepertinya kok agak aneh ya. Memposisikan diri sebagai yang teraniaya bukankah memalukan? Bahkan untuk yang benar seperti itu. Peduli amat. Mereka, pendaftar CPNS yang memposisikanku begitu. Lalu aku mau menghardik saja? Kurang bijaksana. Akhirnya ya begini saja, yang serius minta didoakan ya aku doakan setelah sebelumnya meluruskan pendapat mereka yang aku tidak seperti mereka pikir. Cuman kalau masalah mendoakan kan bisa saja. Gak perlu yang teraniaya.

Dari itu hari itu aku dapat lebih dari receh. Sekedar meraba uang sudah menjadi keahlianku. Jadi beberapa lembar lima ribuan berhasil kutebak dengan mudah. Alhamdulillah. Sepintas riuh CPNS lengkap dengan suka dukanya. Satu sukaku untuk suka yang lain.

4 comments:

  1. pertamax kah.. btw saya kurang pham mas he.he.. cb bca lgi ah hehe..

    BalasHapus
  2. 2 postingan terakhir di blog ini jauh berbeda dari sebelum2nya. ada yang bisa klarifikasi?

    BalasHapus
  3. @sibaho way
    emang dua artikel terakhir (sebetulnya tiga) aku buat terpisah dari cerita utama, pak..(paginya si buta)

    karakter Rio ingin aku pertajam di tiap kondisi yg sedang hangat di tilik dari pandangan butanya, berbeda dari karakter yg aku buat terdahulu, seperti Mas Taha, dan lainnya, yang cenderung lepas dari cerita, yang aku jadikan karakter fantasi seolah-olah mereka hidup membantuku menulis artikel, lengkap dg gunjingan, makian, saling ledek antar karakter juga aku, nah karakter baru ini benar-benar masuk di cerita, seolah-olah ada pengemis pengelana di tiap segmen yg lg bnyak dbicarakn..

    BalasHapus
  4. kok q gak paham ya, tapi asyik juga ceritanya. slm kenal dari q jgn lupa mampir juga ya. xixixixi

    BalasHapus

Alhamdulillah jadi juga satu artikel lagi. Buat yang penasaran pengen komeng. Jangan ke sini. Tapi kalau penasaran pengen komen, yuk mari...

 
//add jQuery library