Minggu, Januari 17, 2010
2
Aku Rio. Pengemis tua buta yang dulu itu. Ini lagi beranjak dari rumah di sudut di ujung gang. Sekarang aku mau melewati gangnya. Gang itu sempit, satu meteran lah lebarnya, aku tahu karena bisa kubaca dari rentangan tanganku yang sampai di kedua sisinya. Selasar itu bukan jalur sempit oleh rumah yang berhadapan. Namun lorong dari rumah yang berjajar. Berhubung seperti itu, kukalungkan seperti samurai, tongkatku. Kuraba merambat maju di dinding salah satu rumah dengan kedua tanganku. Sampai kudengar dari jendela yang kurabai..

Metro TV lagi doyan menampilkan para petinggi negeri ini. Wapres dan Menteri. Dari jendela sayup ekonom merepet mengemukakan pendapatnya. KSSK cuma beranggotakan dua orang saja? Weleh-weleh. Itu pembicara ngomongnya bener gak, ya? Hmm... kudekatkan saja kupingku di jendela kaca itu. Kalau yang kutempel mataku juga percuma.

Iya, dua orang itu dalam satu komite. Setauku, badan aja ada macam-macam, minimal 4. Kepala... pundak lutut kaki lutut kaki..., halah malah nyanyi... Lah ini cuma dua. Ada apa gerangan? Gerutuku terasa keras sampai nyonya pemirsa tivi di dalam sana cekikikan. Sepintar terdengar lalu seperti tertahan. Selanjutnya volume TV diperkeras, mungkin ingin membantuku, atau malah untuk menutupi ngikiknya gara-gara melihat tingkahku. Terserah saja. Apa peduliku? Lagipula aku merasa terbantu kok. Karena itu juga aku cuma menyandar di dinding lainnya tanpa menempel kuping lagi. Alhamdulillah.

Kuteruskan saja menyimak suara Metro itu. Sampai ujung kalimat, si ekonom itu menghibau kepada Pak SBY sedikit mengancam.. kira-kira begini, "Kalau sampai Bapak tak bisa lebih tegas terhadap bawahannya. Pertumbuhan ekonomi bakal makin memburuk.", tak sengaja keluar umpatan dari mulutku, Huh! Apa-apaan ini?! Gak ada kerjaan lain selain saling menyalahkan? Huh, bagaimana mau ngurusi aku!?!".

Tawa tertahan mulai kedengaran lagi. Nampaknya persis di balik jendela. Aku masih bisa bersyukur tidak dicurigai sebagai maling yang sedang mengintai keadaan rumah lewat jendela. Karena aku buta. Bisa kalian lihat tidak nampak kelopak mata satupun di tempat mata umumnya berada. Jadi jelas bukan pengemis penipu. Sambil beranjak pergi, dengan meraba lagi. Masih sempat terdengar luap emosi tertahan sang penyanggah Ekonom. "Anda siapa? Tokoh penting juga bukan, kok datang main perintah, seperti komandan saja.". Aku cuma tersenyum, ada lagi ternyata, orang yang sama.

2 comments:

  1. mending ber Wisata Riau aja bro.. dari menggerutu.. hehehehhe.... :D

    BalasHapus
  2. iya bro, pikirin ekonomi kita aja dulu. itu dah tugas mereka para petinggi negara yg mikirin ekonomi negara. mo makan gaji gede nikmati fasilitas mewah dari negara tp malah bikin negara bobrok ya salah siapa mengapa jg ga ADA YG TAU.

    BalasHapus

Alhamdulillah jadi juga satu artikel lagi. Buat yang penasaran pengen komeng. Jangan ke sini. Tapi kalau penasaran pengen komen, yuk mari...

 
//add jQuery library